1.
PENDAHULUAN
1.1.
Umum
Survey
hidrologi lengkap digunakan untuk melengkapi parameter-parameterperencanaan
bangunan air: bendungan, bendung, dan juga jembatan yang dalam hal ini jembatan
yang dimaksud adalah jembatan di atas lalu-lintas sungai atau saluran air.Untuk
itu pengumpulan data untuk analisa hidrologi yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut:
a) Karakteristik
daerah aliran (Catchment Area) yang meliputi:
·
Data curah hujan,
·
Tata guna lahan,
·
Jenis permukaan tanah,
·
Kemiringan lahan dan lain lain.
b) Karakteristik
sungai, meliputi:
·
Debit: penampang melintang sungai dan
kecepatan aliran air
·
Angkutan sedimen, sedimen layang dan
sedimen dasar
·
Lokasi penggerusan (scouring) serta
jenis/sifat erosi maupun pengendapan
·
Kondisi aliran permukaan pada saat banjir
1.2. Standar
Kompetensi
Setelah
menyelesaikan modul ini diharapkan para peserta didik mampu melakukan
pengumpulan data pengukuran hidrometri secara analisis. Mahasiswa mampu
menjelaskan cakupan kegiatan hidrometri
1.3. Kompetensi
Dasar
Setelah
mengikuti pembelajaran diharapkan peserta didik akan mampu:
1) Menjelaskan
apa yang dimaksud pengertian hidrometri
2) Menjelaskan
tentang stasiun hidrometri sarana dan alatnya
3) Menjelaskan
cara pengukuran hidrometri secara analisis
1.4.
Ruang Lingkup Modul
Materi
dalam modulini meliputi pengukuran curah hujan, pengukuran debit sungai,
danpengambilan sampel sedimen layang.
2.
URAIAN
MATERI
2.1.
Pengertian Hidrometri
Hidrometri Secara umum adalah ilmu yang mempelajari
cara-cara pengukuran air. Berdasarkan pengertian tersebut berarti hidrometri
mencangkup kegiatan pengukuran air permukaan dan air dibawah permukaan termasuk
air di danau, rawa, dan informasi geologi dibawah permukaan.
Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang
cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan
diberikan uraian tentang beberapa cara pengukuran data unsur aliran meliputi
tinggi muka air, debit aliran dan kualitas air.
Menurut (Chow
1988) pengukuran besar-besaran hidrologi dapat dilakukan dengan dua
pendekatan, yaitu:
- Pengukuran
terus menerus pada tempat tertentu
- Pengukuran
sample terdistribusi pada waktu spesifik
Hidrometri
adalah ilmu pengukuran dan pembahasan masalah air termasuk metoda, kiat dan
peralatan yang terpakai dalam hidrologi. Pengertian praktis hidrometri mencakup
pengetahuan tentang pengukuran dan pengolahan data aliran sungai meliputi jenis
survey:
·
pemetaan,
·
pengukuran dasar sungai,
·
pengukuran tinggi muka air,
·
pengukuran penampang basah sungai,
·
pengukuran debit yakni dengan cara
langsung ataupun cara tidak langsung, serta
·
pengukuran volume sedimen dan pengamatan
kualitas air sungai
Hidrometri adalah ilmu yang mempelajari
pengukuran air atau suatu ilmu untuk mengumpulkan data dasar bagi analisis
hidrologi. Di dalam analisis hidrologi khususnya mengenai hidrograf aliran, ada
dua data dasar yang diperlukan yaitu : pengukuran tinggi muka air dan debit.
Satuan debit sering dipakai m3/detik, Pengukuran debit sampai saat ini belum
dapat dilakukan secara otomatis karena harus diukur secara lansung yaitu dengan
bantuan alat pengukur kecepatan aliran sungai dan pengukur luas nampang aliran
sungai. Dengan cara ini akan didapat debit sungai pada ketinggian ika air
tertentu. Tinggi muka air dengan mudah dapat didapat secara kontinyu dengan
bantuan alat AWLR (Automatic Water Level Recorder). Hasil pencatatan alat AWLR
ini disebut age hidrograf (suatu garis yang rnenghubungkan antara waktu dengan
tinggi muka air).
Pengukuran yang langsung dilakukan di
stasiun hidrometri meliputi tinggi muka air, kecepatan aliran, luas penampang
aliran, dan pengambilan sampel air. Sampel air dianalisis di laboratorium guna
mengetahui kandungan atau konsentrasi sedimen melayang (suspended load).
Fluktuasi muka air dinyatakan dalam grafik hidrograf muka air (stage hydrograph). Selanjutnya dengan data luas tampang aliran dan kecepatan rerata aliran dapat dihitung debit aliran yang berupa hidrograf debit (discharge hydrograph). Dengan diketahui konsentrasi sedimen melayang dan debit aliran air maka dapat diketahui laju angkutan sedimen melayang. Secara umum cakupan kegiatan hidrometri dan kegunaan data hasil pengukuran hidrometri dapat ditunjukkan pada bagan seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 12.1 Cakupan Kegiatan Hidrometri
Hasil-hasil analisis atau pengolahan data
hidrometri tersebut merupakan masukan utama untuk analisis hidrologi terkait
dengan perancangan dan pengelolaan bangunan air, seperti analisis banjir,
ketersediaan air, sedimentasi waduk dan lain-lain.
Data muka air dapat diperoleh dengan cara
membaca posisi muka air pada papan duga berskala pada saat pengukuran atau
dengan membaca grafik fluktuasi muka air hasil perekaman oleh alat AWLR.
Pengukuran yang langsung dilakukan di
stasiun hidrometri meliputi tinggi muka air, kecepatan aliran, luas penampang
aliran, dan pengambilan sampel air. Sampel air dianalisis di laboratorium guna
mengetahui kandungan atau konsentrasi sedimen melayang (suspended load).
Fluktuasi muka air dinyatakan dalam grafik
hidrograf muka air (stage hydrograph). Selanjutnya dengan data luas tampang
aliran dan kecepatan rerata aliran dapat dihitung debit aliran yang berupa
hidrograf debit (discharge hydrograph).
Dengan diketahui konsentrasi sedimen
melayang dan debit aliran air maka dapat diketahui laju angkutan sedimen
melayang.
Hasil-hasil analisis atau pengolahan data
hidrometri tersebut merupakan masukan utama untuk analisis hidrologi terkait dengan
perancangan dan pengelolaan bangunan air, seperti analisis banjir, ketersediaan
air, sedimentasi waduk dan lain-lain.
Pengukuran Tinggi Muka
Air
Pengukuran tinggi muka air dimaksudkan
untuk mengetahui posisi muka air (atau kedalaman aliran) suatu sungai di lokasi
stasiun hidrometri pada waktu tertentu. Pengertian waktu di sini adalah periode
pengukuran atau pencatatan muka air. Pengukuran pada jam-jam tertentu dapat
digunakan papan duga berskala atau sering disebut sebagai alat pengukur manual.
Sedangkan untuk pendataan kontinyu digunakan alat pengukur muka air otomatis
(AWLR).
Data muka air dapat diperoleh dengan cara membaca posisi muka air pada papan duga berskala pada saat pengukuran atau dengan membaca grafik fluktuasi muka air hasil perekaman oleh alat AWLR.
Gambar 12.2 (a) Contoh Pembacaan
Papan Duga Air; (b) Sketsa pemasangan papan duga air bertingkat
Berdasarkan prinsip mekanisme pengukuran
muka air terdapat AWLR sebagai berikut.
1. AWLR
dengan pelampung yang dihubungkan dengan sistem perekam grafik fluktuasi muka
air pada kertas grafik. Pada tipe ini perlu dilakukan setup awal untuk
ketelitian hasil pencatatan muka air pada kertas grafik yang berputar dengan
kecepatan tertentu sesuai waktu. Pada waktu tertentu (misal setiap bulan
sekali, kertas grafik diganti yang baru untuk perekaman waktu berikutnya.
2.
AWLR dengan sensor elektronik dimana data muka air direkam secara digital dengan sistem data logger. Pada tipe ini sebelum dipasang di lapangan, sensor perekam muka air harus dikalibrasi di laboratorium agar mendapat hasil yang akurat. Pengambilan data dari sistem data logger ke media penyimpan data digital melalui PC dalam format digital dapat dilakukan setiap periode tertentu (misal mingguan) tergantung kapasitas energi tersedia (batere). Satuan periode pencatatan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, misal menitan, jam-jaman, dll.
AWLR dengan sensor elektronik dimana data muka air direkam secara digital dengan sistem data logger. Pada tipe ini sebelum dipasang di lapangan, sensor perekam muka air harus dikalibrasi di laboratorium agar mendapat hasil yang akurat. Pengambilan data dari sistem data logger ke media penyimpan data digital melalui PC dalam format digital dapat dilakukan setiap periode tertentu (misal mingguan) tergantung kapasitas energi tersedia (batere). Satuan periode pencatatan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, misal menitan, jam-jaman, dll.
Gambar
12.3 Pos Duga Air
Keuntungan AWLR adalah dapat mengetahui perubahan muka air secara terus menerus sehingga data muka air ekstrim (maksimum dan minimum) dapat diperoleh. Sedangkan, pada penggunaan papan duga kondisi ekstrim tersebut belum tentu dapat tercatat, kecuali jika pada saat terjadi debit besar/banjir petugas pengamat melakukan pengamatan secara khusus untuk mengukur muka air maksimum.
Secara umum penempatan alat duga muka air
seharusnya mengikuti kriteria sebagai berikut ini.
a
Lokasi stasiun hidrometri pada ruas sungai
dengan pola aliran yang sejajar, tidak terdapat perbedaan kecepatan aliran yang
signifikan pada sepanjang tampang aliran.
b
Pemasangan alat duga air dipilih pada
lokasi dengan penampang alur sungai yang relatif teratur dan stabil, tidak
mudah terjadi pengendapan akibat sedimentasi atau pendangkalan akibat erosi.
c
Hubungan antara muka air dan debit dengan
kepekaan yang cukup, perubahan debit kecil dapat nampak dalam perubahan tinggi
muka air.
d
Tidak terdapat gangguan tanaman dan
pengaruh Dzbackwaterdz.
e
Lokasi stasiun hidrometri sebaiknya mudah
untuk didatangi setiap saat dan setiap keadaan oleh pengamat.
2.2.
Stasiun Hidrometri
Tempat pengukuran data hidrometri disebut “Stasiun
Hidrometri” yang kebanyakan berupa tempat pengukuran tinggi muka air dan debit
aliran. Pemasangan alat pengukur tinggi muka air harus dipilh tempat yang
memungkinkan pengamatan seluruh keadaan tinggi muka air, dari batas terendah
sampai batas tertinggi.
Langkah pertama adalah memilih lokasi stasiun
pengukuran. Pemilihan lokasi tersebut dengan memperhatikan beberapa persyaratan
berikut ini :
1. Pemilihan
pada bagian sungai yang lurus.
2. Arus
sungai uniform dan dihindari sedapat mungkin arus turbulen.
3. Penampang
sungai yang stabil dan tidak terjadi luapan.
4. Tidak
terpangaruh back water curve, biasanya diletakkan di bagian hilir dari
pertemuan antara dua sungai.
5. Mudah
didatangi setiap saat dan bebas dari gangguan tanaman air.
2.3. Peralatan
dan Sarana Hidrometri
1. Bak
ukur
Untuk sungai yang dangkal, bak ukur yang telah diberi
sekala dan pelat di bagian bawahnya dimasukkan ke dalam sungai sampai pelat
dasar mencapai dasar sungai. Kedalaman air pada skala di bak ukur tersebut.
2. Tali
dengan pemberat
Apabila sungai dalam atau kecepaan arus besar,
kedalaman air diukur dengan menggunakan tali yang diberi pemberat. Pengukuran
ini biasanya dilakukan secara bersamaan dengan pengukuran kecepatan dengan
menggunakan current meter. Pemakaian tali untuk mengukur kedalaman perlu
diperhitungkan koreksi, karena pengaruh arus dapat menyebabkan posisi tali
tidak vertikal.
3. Echosounder
Pada sungai yang lebar dan dalam, pengukuran tampang
lintang dapat dilakukan dengan menggunakan Echosounder. Selain itu alat ini
juga biasa untuk mengukur kedalaman laut cara kerjanya alat ini dipasang pada
dasar kapal. Alat tersebut akan memancarkan getaran suara akan yang akan
merambat ke dasar sungai dan kemudian dipantulkan kembali
4. Papan
duga
Papan duga merupakan alat paling sederhana untuk
mengukur elevasi muka air. Terbuat dari kayu atau pelat baja yang diberi ukuran
skala dalam centimeter, dapat dipasang di tepi sungai atau suatu bangunan.
Pengamatan ini biasanya dilakukan setiap hari. Alat ini memiliki kekurangan
yaitu tidak tercatatnya muka air pada jam-jam tertentu yang mungkin mempunyai
informasi penting, misalnya puncak banjir.
5. Alat
pengukur elevasi muka air maksimum
Alat ini digunakan untuk mengukur elevasi muka air
maksimum yang terjadi pada waktu banjir. Alat ini terbuat dari tabung yang
berdiameter 50 mm dengan lubang yang terdapat di dekat dasar dan tertutup di
bagian atasnya dengan satu atau dua lubang untuk keluarnya udara. Di dalam
tabung terdapat gabus dan papan duga.
6. Pencatat
muka air otomatis (AWLR)
Dengan alat ini elevasi muka air sungai dapat tercatat
secara kontinyu sepanjang waktu. Alat ukur yang banyak digunakan di Indonesia
adalah pelampung. Pelampung tersebut mengikuti gerak muka air, dan gerak
tersebut di transfer ke roda gigi yang mereduksi fluktuasi muka air.
7. Pelampung
Menggunakan pelampung yaitu dengan mengukur selang
waktu yang diperlukan oleh pelampung untuk menempuh suatu jarak tertentu. Ada
tiga macam pelampung, pelampung permukaan, pelampung dengan kaleng, dan
pelampung batang.
8. Current
meter
Pengukuran kecepatan dengan alat ini banyak dilakukan.
Ada dua tipe alat ukur yaitu tipe mangkok dan baling-baling. Karena ada
partikel air yang melintasinya maka mangkok dan baling-baling akan berputar.
Jumlah putaran persatuan waktu dapat dikonfersikan menjadi kecepatan arus.
2.4.
Cara Pengukuran dan analisis
Pengukuran Debit
1.
Pengukuran Debit dengan Cara Apung (Float Area Methode)
Pengukuran Debit dengan Cara Apung (Float Area Methode)
Prinsip:
(1) kecepatan
aliran (V) ditetapkan berdasarkan kecepatan pelampung (U)
(2) luas
penampang (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran lebar salman (L) dan kedalaman
saluran (D)
(3) debit
sungai (Q) = A x V atau A = A x k dimana k adalah konstanta Q = A . k . U
Keterangan:
Q = debit (m3/det)
U = kecepatan pelampung
(m/det)
A = luas penampang basah
sungai (m2)
k = koefisien pelampung
Nilai k tergantung jenis pelampung:
α
= kedalaman tangkai (h) per kedalaman air (d), yaitu kedalaman bagian pelampung
yang tenggelam dibagi kedalaman air.
Menghitung waktu (t detik), kecepatan pelampung U= L/T (m/det)
Gambar 12.4 Titik Jalannya Pelampung
Gambar 12.5 Jenis-Jenis Pelampung
2.
Pengukuran
Debit dengan Current-meter
Prinsip:
(1) Kecepatan
diukur dengan current meter
(2) Luas
penampang basah ditetapkan berdasarkan pengukuran kedalaman air dan lebar
permukaan air. Kedalaman dapat diukur dengan mistar pengukur, kabel atau tali.
Pengukuran:
Ada
4 cara pengukuran kecepatan aliran yang disajikan dalam Tabel 1
berikut:
Keterangan:
Vs
di ukur 0,3 m dari perrnukaan air
Vb
di ukur 0,3 m di atas dasar sungai
Kecepatan
aliran dihitung berdasarkan jumlah putaran baling-baling per waktu putarannya
(N = putaran/dt).
Kecepatan
aliran V = aN + b dimana a dan b adalah nilai kalibrasi alat current meter.
Hitung
jumlah putaran dan waktu putaran baling-baling (dengan stopwatch).
3.
Pengukuran
Debit dengan Metode Kontinyu
Current meter diturunkan kedalam aliran air dengan kecepatan penurunan yang konstant dan permukaan dan setelah mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan kecepatan yang sama.
N
= jumlah putaran baling-baling.
4.
Pengukuran
Kecepatan Arus dengan Velocity Head Rod
Dengan alat ini hasil pengukuran yang didapat juga
tidak begitu teliti dan yang terukur adalah kecepatan aliran permukaan.
Sebaiknya digunakan pada pengukuran yang dikehendaki secara cepat pada
kecepatan aliran yang lebih besar dari 1 m/detik.
Cara
pengukuran dapat dijelaskan sebagai berikut ini:
(1) Letakkan
alat pada tempat yang akan diukur dengan posisi sejajar dengan arus aliran.
(2) Setelah
aliran kembali tenang, baca ketinggian muka air aliran (H1).
(3)
Putar
alat 90o, sehingga tegak lurus aliran, kemudian baca tinggi muka air yang
terjadi (H2).
(4) Kecepatan
arus aliran dapat didekati dengan:
Gambar 12.6 Pengukuran kecepatan arus dengan Velocity
Head Rod
5.
Pengukuran
kecepatan arus dengan Trupp’s Ripple Meter
Alat ukur kecepatan arus ini mempunyai ketelitian
hasil yang lebih baik dari alat terdahulu. Prinsip yang digunakan adalah dengan
mengamati sudut yang dibentuk oleh riak pada hilir batang yang dipancang pada
aliran sungai. Makin besar kecepatan aliran, sudut ini akan makin kecil.
Pengukuran
dapat dilakukan sebagai berikut ini.
(1) Masukkan
alat ukur ke dalam air dan amati dua buah riak yang terbentuk pada
masing-masing batang.
(2) Ukur
jarak antara titik pengukuran sampai dengan titik perpotongan antara kedua riak
tersebut, yaitu L (feet).
(3) Kecepatan
aliran permukaan dapat didekati dengan:
V = C +
XL
Keterangan:
V
= kecepatan aliran permukaan (feet/det)
C
= tetapan sebesar 0,40
X
= variabel yang tergantung dari nilai W seperti pada tabel:
W (inchi)
|
X
|
4
|
0,280
|
6
|
0,206
|
8
|
0,161
|
9
|
0,145
|
12
|
0,109
|
6.
Pengukuran
kecepatan arus dengan Current Meter
Alat ini paling umum digunakan karena dapat menghasilkan ketelitian yang cukup baik. Prinsip kerja alat ukur ini adalah dengan mencari hubungan antara kecepatan aliran dan kecepatan putaran baling-baling current meter tersebut.
Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk sebagai
berikut:
V = an+b
Keterangan:
V
= kecepatan aliran,
n
= jumlah putaran tiap waktu tertentu,
a,b
= tetapan yang ditentukan dengan
kalibrasi alat di laboratorium.
Alat ini ada dua macam, yaitu current meter dengan
sumbu mendatar dan dengan sumbu tegak seperti terlihat pada gambar 12.7.
Bagian-bagian
alat ini terdiri dari:
1) Baling-baling
sebagai sensor terhadap kecepatan, terbuat dari streamline styling yang
dilengkapi dengan propeler, generator, sirip pengarah dan kabel-kabel,
2) Contact
box, merupakan bagian pengubah putaran menjadi signal elektrik yang berupa suara
atau gerakan jarum pada kotak monitor berskala, kadang juga dalam bentuk
digital,
3) Head
phone yang digunakan untuk mengetahui jumlah putaran baling baling (dengan
suara “klik”), kadang bagian ini diganti dengan monitor box yang memiliki
jendela penunjuk kecepatan
aliran secara langsung.
aliran secara langsung.
Gambar
12.7 (a) Tipe Sumbu Tegak (b) Tipe
Sumbu Mendatar
Dengan alat ini dapat dilakukan pengukuran pada
beberapa titik dalam suatu penampang aliran. Dalam praktek digunakan untuk
pengukuran kecepatan aliran rerata pada satu vertikal dalam suatu tampang
aliran tertentu. Mengingat bahwa distribusi kecepatan aliran secara vertikal
tidak merata, maka pengukuran dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai
berikut ini:
1) Pengukuran
pada satu titik yang umumnya dilakukan jika kedalaman aliran kurang dari 1
meter. Alat ditempatkan pada kedalaman 0.6 H yang diukur dari muka air.
2)
Pengukuran pada dua titik, dilakukan pada
kedalaman 0.2 H dan 0.8 H diukur dari muka air. Kecepatan rerata dihitung
sebagai berikut
3)
Pengukuran dengan tiga titik dilakukan pada kedalaman 0.2 H, 0.6 H dan juga pada 0.8 H. Hasilnya dirata-ratakan dengan rumus
Pengukuran dengan tiga titik dilakukan pada kedalaman 0.2 H, 0.6 H dan juga pada 0.8 H. Hasilnya dirata-ratakan dengan rumus
2.5.
Pengukuran kualitas air
Pada kegiatan hidrometri untuk perencanaan sistem tata
air (tata saluran) seringkali perlu disertai dengan pengukuran kualitas air.
Umumnya parameter kualitas air yang diperhatikan adalah nilai pH yang
menunjukkan tingkat keasaman air, DHL yaitu daya hantar listrik (electric
conductivity) yang dapat dikorelasikan dengan salinitas atau kadar garam air di
saluran/sungai dan nilai kandungan Fe. Di lahan rawa umumnya dijumpai air
dengan tingkat keasaman tinggi dengan nilai pH rendah jauh di bawah 7. Nilai
DHL yang tinggi mengindikasikan pengaruh air asin dari aliran pasang laut atau
muara yang dapat masuk ke lahan. Kandungan Fe dikaitkan dengan kemungkinan
terjadinya sifat beracun air terhadap tanaman, yaitu jika nilainya lebih besar
dari 10 ppm dan kondisi saluran terbuka akan dapat teroksidasi karena
berhubungan dengan udara. Hal ini perlu diperhatikan terutama dalam perencanaan
kedalaman saluran drainase, yang mana jika terlalu dalam atau proses pembuangan
air terlalu besar dapat terjadi over-drainage yang menyebabkan potensi
penyebaran toxic/racun tersebut.
Pengukuran nilai pH dapat dilakukan dengan menggunakan
pH stick dengan ketelitian 1 skala, atau dengan pH meter yang dapat menunjuk
langsung nilai keasaman air secara digital. DHL dapat diukur dengan EC meter
yang dapat dilakukan langsung di lapangan. Nilai kadar Fe diukur di lapangan
dengan mengambil sampel air yang diberi 3 macam reagen kimia: H2SO4 2N, KmnO4
0,1N dan NH4CNS 20%. Selanjutnya warna yang terjadi dapat dijadikan petunjuk
untuk mengetahui nilai kadar Fe berdasar standar warna yang ada.
Soal Latihan
1. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan hidrometri?
2. Jelaskan keuntungan
penggunaan AWLR dalam mengukur tinggi muka air?
3. Jelaskan cara
sederhana dalam mengukur debit air?
4. Jelaskan tipe-tipe
alat untuk mengukur kecepatan arus air?
DAFTAR PUSTAKA
Bambang
Triatmodjo, Hidologi Terapan, Penerbit Beta Offset, Yogyakarta, 2015
Chay
Asdak, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Penerbit Gadjah Mada
University
Press, Yogyakarta, 204
Indarto,
Hidrologi Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hidrologi, Penerbit Bumi
Aksara,
Jakarta, 2014
Indarto,
Hidrologi – Metode Analisis dan Tool untuk Interpretasi Hidrograf Aliran
Sungai, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2015
Robert
J. Kodoatie, Hidrolika Terapan, Penerbit ANDI, Yogyakarta, 2009

Tidak ada komentar:
Posting Komentar